Kelas Pernikahan : Merekonstruksi Kembali Komitmen dalam Hubungan
Kelas Pernikahan : Merekonstruksi Kembali Komitmen dalam Hubungan
Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “komitmen” ? Sebagian besar mengatakan bahwa komitmen adalah bentuk dari kewajiban yang sifatnya mengekang. Misalnya ketika sudah berkomitmen untuk menghadiri suatu acara sosial yang sebenarnya pada saat itu jika boleh memilih maka lebih memilih untuk menonton film kesukaan di biaoskop. Secara tidak langsung komitmen terkadang dilakukan dengan ketidakrelaan hati walaupun akhirnya dilakukan juga. Lalu bagaimana dengan komitmen dalam hubungan? Apakah hal demikian juga berlaku?
Sadar tidak sadar, saat ini kita berada di dalam budaya saat komitmen tidak selalu dihargai atau bernilai. Misalnya dalam suatu hubungan ketika pasangan tidak lagi memberikan anda suatu kebahagiaan yang dulu dijanjikan maka secara tidak langsung berpikir untuk mencari pengganti atau orang yang lain yang bisa membawa kebahagiaan tersebut. Dan sebaliknya, kadang kita pula menerima anggapan bahwa ada rumput lebih hijau disisi lainnya dan kita tak seharusnya membuang waktu untuk tidak merasa bahagia. Jadi sebenarnya apa yang dimaksud komitmen untuk bahagia itu?
Komitmen itu adalah pilihan, bukan perasaan
Komitmen lebih mudah hadir di awal hubungan ketika semua terasa baru, menyenangkan, mudah dijalani dan membahagiakan. Akan tetapi, komitmen itu akan jauh lebih sulit muncul ketika di hubungan yang mononton, penuh dengan tekanan, atau pada kondisi yang tidak diharapkan ada sebelumnya. Jadi apa yang mesti dilakukan ketika kebahagiaan dalam hubungan yang baru dijalani berangsur pudar ? Mungkin saja akan muncul suatu pertanyaan pada diri sendiri “Apakah aku tidak kompetibel dalam hubungan ini?”
Komitmen adalah kunci utama dalam hubungan jangka panjang. Sebab komiten adalah sebuah pilihan yang mana keputusan tersebut diambil secara sadar untuk memilih pasangan yang mungkin akan mengecewakan anda suatu saat nanti ketika api cinta di awal mulai meredup. Komitmen adalah pilihan untuk mencintai pasangan terlepas dari kebiasaannya yang menjengkelkan, kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan kesalahan yang tentu tidak anda senangi. Tentu saja untuk menjaga komitmen untuk terus kuat seiring berjalannya hubungan tidak semudah memutuskannya di awal. Dan tentu saja anda perlu menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang bisa memperkuat maupu memperlemah komitmen yang selama ini anda jalani dengan pasangan, yaitu sebagai berikut:
Kepercayaan
Kepercayaan merupakan fondasi yang diperlukan dalam membangun suatu komitmen. Dengan kepercayaan maka anda akan merasa aman secara fisik maupun secara emosional dalam relasi yang dijalani. Dengan kepercayaan pula muncul kesetiaan, rasa persahabatan, rasa saling menghormati dan saling menerima satu sama lain. Sehingga sangat memungkinkan dalam memunculkan rasa ragu atau tidak langsung percaya begitu saja ketika suatu saat pasangan melakukan suatu tindakan yang berpotensi mengecewakan anda.
Memaafkan
Memaafkan mungkin akan terasa sulit ketika anda merasa apa yang anda butuhkan dan yang diinginkan tidak terpenuhi oleh pasangan sehingga dengan mudah memunculkan rasa dendam. Tentu saja jembatan komunikasi untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi tersebut dengan pasangan sangatlah perlu, karena komunikasi merupakan salah satu upaya untuk memperjelas suatu persoalan agar tidak muncul rasa dendam dan sakit hati. Tentu dalam prosesnya akan timbul suatu percikan-percikan amarah yang mungkin saja berpotensi konflik, namun hal tersebut kembali pada tujuan awal komunikasi yaitu ingin mencari jalan keluar bersama atau fokus pada ego masing-masing yang hanya ingin menang sendiri. Sayangnya banyak pasangan yang memilih untuk memendam apa yang dirasakan sehingga menumpuk menjadi suatu dendam dan rasa sakit hati yang sangat mendalam. Maka, ketika anda dan pasangan benar-benar memilih untuk saling berkomitmen maka secara sadar perlu menyadari bahwa komitmen itu berkaitan dengan mau untuk melepaskan rasa sakit hari tanpa terus mengungkin kesalahan satu sama lain di kemudian hari.
Saling Membersamai
Banyak pasangan ketika sedang pada kondisi yang berkonflik maka mereka akan cenderung memilih untuk menghindari dengan dalih menenangkan diri. Kondisi tersebut secara kasat mata baik karena menghindari pertengkaran semakin menjadi, namun sebaliknya hal ini terasa kurang bijak. Hal tersebut karena anda maupun pasangan tidak secara rela terbuka secara hati atas kondisi satu sama lain. Menerima pasangan sama seperti halnya anda membersamai pasangan apapun kondisinya. Salah satu ciri membersamai pada pasangan ialah dengan menjadi ‘hadir’ dan menghargai setiap momen kecil yang anda lakukan dengan pasangan. Misalnya seperti, ketika anda dan pasangan hanya duduk di teras sambil minum segelah teh hangat sambil menikmati rintik hujan yang turun. Mungkin momen itu terlihat tidak penting, namun ketika dihayati dan dimaknai secara mendalam maka momen-momen kecil tersebut justru bisa menjadi penguat hubugan anda dan pasangan. Tentu saja hal ini berdampak dalam membangun kepercayaan yang sangat penting dalam suatu komitmen.
Dalam relasi yang sehat, komitmen adalah suatu pilihan yang sangat diperlukan. Setiap hubungan pasti akan mengalami pasang dan surut, tentu saja hal tersebut sangat alami. Namun dalam kondisi-kondisi tersebutlah yang menjadikan komitmen menjadi terus kuat ketika anda sadar untuk bertahan dan memaknai setiap prosesnya. Memilih untuk terus berkomitmen ketika kondisi hubungan pasang surut memungkinkan anda dan pasangan memiliki kualitas hubungan jangka panjang yang baik. Jika dalam proses membangun komitmen dalam hubungan anda menemui suatu kendala dan membutuhkan sudut pandang profesional dalam hal hubungan maka silahkan hubungi Telp/SMS/WA : 0813 9380 0550 untuk informasi lebih lanjut.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!