Posts

Moral Story Nikah Kilat 12 Hari

Setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan tentu saja memiliki harapan dan keinginan agar pernikahan yang dijalani bisa selama-lamanya sampai maut memisahkan. Bukan hanya sekedar bertahan lama, namun juga dijalani dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Namun sayangnya harapan tersebut tidak bisa didapat oleh wanita muda bernama Nai. Baru-baru ini kisahnya visal di sosial media tentang singkatnya pernikahan yang dijalani yaitu hanya bertahan 12 hari.

Bagi anda semua yang sudah membaca kisahnya pasti akan memberikan respon yang berbeda-beda. Ada yang menyudutkan pihak wanita ataupun pihak pria. Namun, daripada kita sibuk memberikan komentar alangkah baiknya kita memetik moral dari kisah yang telah di bagikan lebih dari 52ribu kali tersebut.

Dari utas yang dibagikan oleh Nay, sapaan Naima Maherwari terdapat beberapa clue yang saya tangkap dan berpotensi pada persoalan yang kini sedang dihadapi.

Clue yang pertama :
Mendadak diajak menikah
Dalam suatu hubungan idealnya rencana pernikahan tidak diajukan secara mendadak. Tentunya hal pernikahan yang dimaksud bukan soal persiapan prosesi, tapi persiapan secara mental dalam artian apakah sudah benar-benar mengenal calon? Baik itu masa lalu, karakter, kepribadian, dll. Dan apakah selama pacaran penyelesaian konflik yang dilakukan sudah sesuai atau masih ada ganjalan tertentu karena masih belum bisa hear to heart dalam relasi yang dijalani. Niatan untuk mengajak menikah itu memang niatan baik, namun jangan sampai niatan baik itu tidak dibarengi persiapan yang matang secara mental.

Clue yang kedua :
Koflik besar mendekati hari pernikahan
Konflik dalam fase persiapan pernikahan itu memang wajar, akan tetapi perlu dipahami apakah konflik tersebut membangun atau tidak. Sebab dari konflik sebenarnya terlihat sifat dasar atau karakter dasar. Hal tersebut terlihat dari cerita Nay bahwa selama pacaran mantan tidak pernah sampai menunjuk-nunjuk, mendorong dan berbicara dengan nada tinggi. Kaget? Tentu saja kaget. Dan sebenarnya Nay muncul keraguan apakah benar mantan adalah calon imam yang baik atau tidak. Namun keraguan itu tertutupi dengan hari H yang sudah semakin dekat serta tekanan yang didapat ketika seandainya pernikahan itu tidak jadi terlaksana.

Clue ke tiga:
Takut menghadapi pasangan
Selama munculnya konflik dan amarah yang meledak-ledak dari pasangan, membuat Nay menjadi takut. Bahkan sebelum hidup bersama dalam satu rumah saja dia sudah merasa tidak aman. Namun kembali lagi hal tersebut berusaha ditutupinya agar semua bisa berjalan dengan lancar. Nay lebih memikirkan tentang orang tuanya yang sudah mempersiapkan semua dengan matang, istilahnya tidak mau membuat ortu kecewa dengan segala perngorbanan yang telah diberikan.

Clue ke 4:
Nay menemukan chat pasangan dengan orang lain yang berisi menjelek-jelekkan dirinya.
Nah disini sebenarnya clue yang sangat vital, sebab ini bagian dari bukti bahwa pasangan memang kurang mengenal Nay dan manajemen konflik yang buruk. Mengapa merasa belum mengenal Nay dengan baik karena dia masih meragukan Nay sehingga belum percaya sepenuhnya dengan keputusan yang telah disepakati. Ketidak sepakatan tersebut justru diceritakan pada orang lain, bukan pada diri Nay. Tentu hal tersebut bukanlah hal yang menunjukan sikap dewasa seseorang dalam menghadapi suatu konflik.

Dari cerita yang disampaikan sejujurnya Nay sudah bisa menangkap clue-clue tersebut. Akan tetapi Nay bingung mesti bagaimana. Karena kembali lagi tekanan terbesar dalam suatu pernikahan di Indonesia ialah pihak perempuan, terlebih perempuan Jawa. Menjadi suatu tradisi bahwa pihak perempuanlah yang menyiapkan semua tetek bengek prosesi pernikahan, dan tentu saja biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.

Oleh sebab itu moral value yang bisa kita pelajari dari kisah Nay ialah sebelum menikah penting sekali untuk mengenal karakter masing-masing. Masa pacaran atau pendekatan sebenarnya dimaksud untuk bisa mengenal karakter masing-masing sampai level yang terdalam. Tentu untuk bisa memahami pasangan butuh proses yang panjang, sekalipun sudah mengenal sampai keluarga besarpun juga belum menjamin sudah saling mengenal karakter masing-masing. Lalu bagaimana cara efektif untuk bisa mengenal pasangan lebih dalam? Yaitu dengan komunikasi.

Komunikasi dalam Hubungan

Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk komunikasi itu beragam, bukan hanya komunikasi verbal namun juga nonverbal. Banyak yang salah mengartikan bahwa komunikasi verbal itu hanya menyampaikan kata-kata semata, padahal kita juga perlu memahami apa makna yang terselip atau tersembunyi dibalik kata-kata yang diucapkan. Salah satu cara yang perlu dilewati oleh pasangan dalam komunikasi ialah pada saat berkonflik. Sebelumnya jangan dibayangkan konflik yang dimaksud seperti pertikaian yang sampai melukai fisik. Komunikasi yang dimaksud ialah terkait bagaimana saling memahami pola komunikasi antara satu dengan yang lain, terlebih terkait dengan penyelesaian konflik.

Scott Kedersha seorang konselor pernikahan dalam bukunya menjelaskan bahwa komunikasi merupakan ketrampilan penting yang dibutuhkan dalam membina suatu hubungan.Dalam bukunya Scott menyebutkan terdapat beberapa cara untuk membangun komunikasi dan penyelesaian masalah yaitu mencari pemahaman bukan siapa yang menang, belajar untuk mendengarkan terlebih dulu sebelum berbicara, dan melihat setiap permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Untuk bisa mencapai kualitan komunikasi tentu saja perlu banyak latihan dengan sering membicarakan hal-hal yang penting dan berbobot untuk didiskusikan bersama.

Komunikasi dengan pasangan merupakan jembatan awal untuk bisa memahami dan merawat suatu hubungan. Bagaimanapun kita memang tidak bisa benar-benar memahami apa yang ada di hati seseorang, akan tetapi dengan komunikasi yang sehat bisa meminimalisir konflik yang pelik.

Saya berdoa agar Nay bisa mengambil pelajaran penting dalam peristiwa tersebut dan tidak berlarut-larut menjadikan trauma untuk menemukan pasangan hidup kedepan.

Kelas Pranikah : Strategi Penyelesaian Konflik yang Setiap Pasangan Perlu Ketahui

Kelas Pranikah : Strategi Penyelesaian Konflik yang Setiap Pasangan Perlu Ketahui

Secara berkelanjutan saat hubungan dan keadaan terus berevolusi, membicarakan tentang poin-poin yang penting dalam suatu konflik dalam waktu yang sesegera setelah anda dan pasangan merasa tidak selaras dapat membantu masing-masing kembali pada jalur komunikasi yang semestinya. Yaitu seperti saling memahami perspektif satu sama lain, menemukan solusi bersama, dan membangun jembatan pemahaman bersama. Percakapan yang dibangun ini tidak hanya membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi konflik yang mungkin terjadi, tapi lebih jauh dari itu bahwa anda dan pasangan telah membangun motor pertumbuhan yang baik dalam hubungan.  Berikut ini terdapat beberapa poin kunci dalam penyelesaian konflik yang perlu anda dan pasangan pahami, yaitu: 

Berbicara tentang Harapan Satu Sama Lain Dalam Suatu Hubungan

Anda dan pasangan tentu saja berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Setiap keluarga memiliki budaya yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, terdapat harapan yang tidak terucapkan tantang apa yang harus dilakukan oleh anak-anaknya dan kadang-kadang ada pula yang secara terang-terangan diperlihatkan, tapi lebih sering tidak. Ketika dua orang berkomitmen untuk membangun keluarga baru, satu sama lain akan membawa satu set keyakinan bawah sadar tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan oleh pasangan saat membangun kehidupan bersama. Harapan-harapan ini yang akan memicu timbulnya konflik dalam waktu cepat atau lambat. Sebab masing-masing melakukan apa yang terasa normal bagi mereka tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan pasangan. Hal ini terutama untuk pasangan yang secara latar belakang keluarga berbeda dalam berkomunikasi dan menunjukan rasa cinta. Sangat penting untuk saling memiliki kesadaran diri tentang keyakinan-keyakinan yang terbawa dari keluarga serta menyadari bahwa sebagian harapan adalah produk dari bentukan keluarga dari pengalaman sebelumnya dan tentu saja hal tersebut tidak selalu benar. 

Salah satu cara agar setiap harapan tidak bergesekan satu sama lain ialah dengan mengkomunikasikannya secara terbuka dan jujur. Hal ini tentu saja dapat membantu satu sama lain memiliki perspektif yang lebih luas tentang pasangan, memiliki empati mengapa orang lain berperilaku demikian dan menemukan cara untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Dengan demikian secara tidak langsung anda dan pasangan akan membentuk suatu budaya baru dalam keluarga yang sedang dibangun bersama, dan tidak mendupliasi budaya keluarga salah satu pihak. 

Membicarakan Tentang Gaya Komunikasi

Setiap pasangan wajib untuk membicarakan tentang bagaimana cara mereka berkomunikasi satu sama lain. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ketika seseorang tidak mengetahui cara untuk masuk ke dalam pembicaraan yang efektif maka sangat sulit untuk menemukan inti dari komunikasi tersebut dan tentu saja akan mengarah pada salah persepsi. Sehingga ketika ada suatu topik permasalahan maka yang muncul lebih sering pada energi-energi yang negatif. Dan justru satu sama lain akan berfokus pada cara berbicara bukan pada masalah itu sendiri. Maka sangat penting untuk mengenal gaya komunikasi satu sama lain dan saling merubah pola komunikasi yang ada jika memang itu diperlukan. Hal pertama untuk belajar bagaimana berkomunikasi ialah dengan belajar mendengarkan. Karena banyak orang ingin didengarkan namun lupa untuk rendah hati dalam mendengarkan. Perlu disadari bahwa ini adalah suatu ketrampilan yang bisa dipelajari oleh setiap orang, sehingga tidak perlu merasa putus bila anda masih belum menemukan gaya komunikasi yang pas dalam hubungan. 

Lebih jauh lagi, setiap orang memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda bergitu pula dalam berkomunikasi. Ada orang yang menentang adanya konflik karena percaya jika tidak bertengkar maka hubungan akan tetap baik-baik saja. Tentu saja pasangan yang demikian akan menghindari komunikasi yang intens dan tidak komunikatif. Namun sebaliknya, ada pula orang yang berasal dari keluarga yang memiliki intensitas konflik yang tinggi dan gaya komunikasinya juga agresif yang sudah dianggap normal. Dan ada pula seseorang yang berasal dari keluarga yang mana hal-hal tidak ditangani secara komunikasi namun langsung melalui perilaku. Hal ini tentu baik namun disatu sisi menjadi sumber frustasi tersendiri ketika pasangannya tidak memahami maksud baik yang telah dilakukan. Sehingga dapat dikatakan komunikasi itu perlu karena tanpa dikomunikasikan maka orang kadang tidak memahami apa yang dimaksud dan tentu saja yang tidak kalah penting ialah bagaimana cara komunikasi yang efektif. 

Membicarakan Tentang Pola Kerjasama

Jangan dibayangkan yang dinamakan kerjasama hanya ada pada pekerjaan atau suatu kelompok. Dalam hubungan juga ada yang dinamakan kerjasama atau yang bisa disebut dengan keterhubungan. Coba ingat-ingat ketika anda masih pada pacaran, hubungan romantis yang terjalin membuat anda dan pasangan merasa terhubung satu sama lain, sehingga tahu apa yang bisa membuat satu sama lain merasa senang. Ketika anda memasuki komitmen yang lebih serius untuk membangun kehidupan bersama dengan pasangan maka satu sama lain perlu meluangkan waktu, energi untuk mempertahankan kerjasama untuk kehidupan selanjutnya. Dalam pernikahan tentu akan banyak pekerjaan yang tidak ada hentinya, seperti membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mengelola keuangan, mengurus mobil atau pekarangan yang mulai terbengkalai, dsb. Belum lagi jika sudah memiliki anak dan bisa dibayangkan waktu 24 jam rasanya seperti sangat kurang untuk membereskan itu semua. Tentu hal ini tidak bisa menjadi tugas salah satu pihak, tapi masing-masing perlu mengerjakan tanggung jawab masing-masing secara adil. Oleh karena itu penting sekali untuk memiliki teamwork yang baik dengan pasangan. 

Dalam perjalanannya tentu saja dalam membangun kerjasama yang baik akan ada hambatan, terlebih ketika salah satu merasa tanggung jawab dirasa lebih berat dibandingkan dengan yang lain. Dan dari situ mulai muncul perasaan dan pemikiran bahwa pasangan tidak cukup berkontribusi dalam menjaga keseimbangan keluarga. Harapan atau rasa kecewa yang muncul tentu saja perlu segera dikomunikasi terkait beban yang dirasakan. Satu sama lain pasti akan merasa kalau apa yang telah dikerjakan lebih banyak dibandingkan yang lain, namun kembali lagi yang dinamakan teamwork pasti ada dinamika yang perlu disesuaikan kembali di setiap waktu sehingga keseimbangan akan tetap terjalin. 

Membicarakan Tentang Uang 

Hampir sebagian besar pasangan memiliki konflik tentang uang, baik itu muncul secara cepat atau lambat. Tentu saja hal ini tidak bisa dihindari karena persoalan uang akan berbeda di setiap orangnya. Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda tentang uang, bagaimana cara mengelolanya dan harapan-harapan yang berbeda pula. Dan hampir di setiap hubungan salah satu orang memiliki pendekatan yang konservatif terhadap uang seperti menabung dan sebaliknya ada yang lebih liberal yaitu dengan melakukan pemborosan. Sekali lagi hal ini adalah sesuatu yang normal. Dengan demikian maka perlu dibangun suatu jembatan dan membangun kesepakatan bersama seputar keuangan yang menjadi baik bagi kedua belah pihak. Sebab bila tidak segera menemukan suatu jembatan yang cocok maka hal ini akan menjadi sumber pertengkaran. Pendekatan penyelesaian konflik yang konstruktif tentu saja sangat membantu karena keuangan merupakan salah satu hal vital dalam menopang keberlangsung kehidupan keluarga.  

Membicarakan Tentang Seks 

Seksualitas merupakan topik sensitif lain bagi sebagian besar pasangan. Dalam hubungan jangka panjang, sebagian besar pasangan akan mengalami pasang surut dalam kehidupan ranjang mereka. Terkadang, satu sama lain menjadi terputus secara seksual ketika mereka memiliki konflik yang belum terselesaikan atau ada kebutuhan secara emosional yang tidak terpenuhi oleh pasangan, terlebih berkaitan tentang seks. Sebagian besar hal ini dialami oleh wanita. Disisi lain, kondisi kehidupan yang penuh dengan stressor baik itu dari pekerjaan maupun anak membuat kesulitan dalam membagi waktu serta energi untuk kehidupan seks yang sehat. 

Meskipun fase tersebut merupakan sesuatu yang wajar untuk semua pasangan yaitu mengalami penurunan gairah seksual, namun hal tersebut bila tidak segera terselesaikan maka akan mengikis pondasi dari rasa keterhubungan satu sama lain. Bisa dikatakan hanya menjadi teman sekamar tapi bukan menjadi pasangan yang hangat. Sebab seksualitas sangat terkait dengan kebutuhan akan kelekatan, citra tubuh, penghargaan diri, dsb. Sehingga akan menjadi sensitif ketika kondisi hubungan yang kering ini tidak segera diselesaikan secara kepala yang dingin. Pembicaraan soal seks akan menjadi terasa sangat tegang, tidak nyaman dan bahkan bisa berujung menyakitkan. Banyak pasangan yang merasa topik permbahasan ini lebih baik dihindari dengan asal melakukannya begitu saja, dan tentu saja itu tidak menyelesaikan masalah. Oleh karena itu sangat penting bagi setiap pasangan untuk berbicara satu sama lain tentang bagaimana perasaan mereka tentang kehidupan seks yang dinginkan. Dengan demikian dapat membuat konektifitas yang kuat dan hangat muncul kembali di ranjang. 

Demikianlah hal-hal yang mulai bisa anda dan pasangan lakukan dalam mengatur strategi penyelesaian konflik yang ada. Semoga artikel ini bermanfaat dan apabila ada hal yang ingin ditanyakan atau ingin dikonsultasikan maka segera hubungan kontak person kami di kelasnikah.com 

 

Konsultasi Pranikah : Pentingnya Konflik Konstruktif Dalam Hubungan

Konsultasi Pranikah : Pentingnya Konflik Konstruktif Dalam Hubungan

Konflik dalam hubungan seringkali dipandang sebagai hal yang negatif. Pada kenyataanya, ketika mengalami suatu permasalahan sebenarnya justru bukan untuk dihindari, namun keberhasilan dalam menyelesaikan konflik yang ada akan berdampak pada pertumbuhan dalam suatu hubungan. 

Konflik yang konstruktif memungkinkan Anda membicarakan tentang hal-hal yang penting dan menemukan resolusi positif untuk anda dan pasangan. Secara harfiah, semua pasangan memiliki harapan, keinginan yang berbeda satu sama lain. Dari hal tersebutlah seringkali muncul suatu gesesan yang kadang berkembang menjadi suatu konflik. Tentu saja hal ini wajar dan bukan suatu tanda yang salah dalam hubungan. 

Sebelum membahas lebih dalam lagi, sudahkah anda memahami apa perbedaan konflik konflik konstruktif dan destruktif? 

Konflik destruktif justru muncul ketika anda dan pasangan berusaha menghindari konflik dan membiarkan persoalan yang ada menumpuk sehingga mencapai ledakan emosi berupa reaksi kemarahan yang berlebihan. Secara umum hal ini terjadi pada dua orang yang saling mencintai namun tidak mau mengalah atau tidak tahu bagaimana membicarakan perasaan keduanya. 

Mereka cenderng tidak mau terlibat dalam konflik sampai perasaan mereka berubah ke titik benar-benar terluka, kesal dan marah. Kemudian mereka akan saling menyerang satu sama lain dengan cara-cara penyelesaian konflik yang tidak produktif sehingga seringkali memperburuk suasanan dan tidak menjadi lebih baik.  Tentu saja dengan mempelajari kunci konflik yang konstruktif dapat membantu anda menghindari hal tersebut

Mempelajari cara berbicara yang berbeda secara konstruktif dan dengan belas kasih merupakan kunci awal dalam konflik yang konstruktif

Kuncul awal dari konflik konstruktif ialah mengubah keyakinan internal anda tentang apa yang disebut dengan ‘konflik’. 

Konflik itu adalah sesuatu yang Normal

Ketika dua orang memiliki pendapat, kebutuhan, harapan atau keinginan yang berbeda. Semua konflik adalah dengan mendiskusikan secara terbuka dengan tujuan untuk menemukan solusi dan kompromi. 

Konflik konstruktif itu baik

Berbicara melalui perbedaan secara konstruktif tidak hanya menyelesaikan masalah, namun dengan diskusi menjadi sarana bagi anda dan pasangan untuk saling memahami lebih dalam, memperkuat ikatan dan mengembangkan hubungan menjadi lebih memuaskan serta fungsional. Dengan cara ini, konflik mengarahkan ke hubungan yang lebih dalam dan berkualitas. 

Tidak segera menyelesaikan konflik adalah buruk. 

Sebaliknya, pasangan yang tidak segera membicarakan masalah secara jujur dan terbuka justru akan menjadi sering merenungkan masalah yang berlum terselesaikan. Hal tersebut berdampak pada perubahan emosi yang menjadi mudah kesal dan putus asa pada hubungan yang sedang dijalani. Terutama ketika diperkuat dengan keyakinan negatif tentang konflik itu sendiri. Mereka akan sulit untuk secara eksplisit mengungkapan moment mereka merasa terluka, kecewa dan frustasi. Sebaliknya, mereka akan mendiamkannya dan membiarkannya terpendam seperti luka yang tak terobati dan berubah menjadi infeksi. 

Menghindari konflik hanya akan merusak hubungan.

Ketika luka tak segera terobati maka akan muncul nanah dan infeksi, bisa dibayangkan orang yang memiliki luka tersebut akan menjadi lebih reaktif. Mereka akan dikeliling dengan perasaan rendah diri, jengkel dan sebal pada sebagian besar waktu yang dijalani. Dan ketika muncul interaksi baru dengan pasangan yang muncul hanya reaksi marah dan kecewa. Nada dan cara bicara akan menjadi tajam sehingga komunikasi menjadi sangat tidak nyaman. 

Menghindari Konflik hanya akan membuat hubungan semakin beracun

Anda pernah mendengar tentang toxic relationship? Dimana hubungan yang dijalani tidak saling menumbuhkan namun justru sebaliknya hanya meninggalkan luka dan membuat kualitas diri satu sama lain semakin menurun. Begitulah ketika satu sama lain hanya menunda menyelesaikan konflik dan berharap konflik itu selesai dengan sendirinya. Seringkali respon terhadap suatu masalah menjadi tidak proposinal dan berlebihan, misalnya pasangan lupa menaruh sesuatu kemarahan yang muncul kemarahan anda yang muncul seperti pasangan telah melakukan kesalahan yang fatal. Namun disinilah hal yang sulit, karena di mata pasangan Anda marah tanpa sebab yang jelas dan tentu saja pasangan akan bereaksi secara negatif pula. Dari situlah pertengkaran yang destruktif akan terjadi. 

Menghindari konflik Hanya akan Melanggengkan Masalah

Pasangan yang tidak mau belajar bagaimana cara berkomunikasi secara konstruktif akan sering mengalami perkelahian yang buruk tentang masalah yang sama. Argumen yang tidak pernah berakhir dalam meningkatkan pemahaman atau perubahan positif, namun justru akan membawa masing-masing semakin menjauh dan merasa sendirian. Pasangan yang sering menggunakan pola tersebut selama bertahun-tahun maka akan sulit untuk mencapai titik di mana mereka posisi tidak lagi bertengkar. Saat itulah pasangan akan saling berpikir apakah berpisah atau bercerai merupakan jalan yang terbaik dalam hubungan. Secara tidak langsung mereka sudah berhenti melibatkan satu sama lain untuk membangun kembali hubungan yang selama ini dijalani dan pada akhirnya menyerah pada kemungkinan perbaikan hubungan itu ada. Mereka secara emosional akan menarik diri dari hubungan. Hanya tinggal menunggu waktu untuk hal itu. 

Semoga dengan artikel ini dapat membantu anda dalam memahami mengapa konflik konstruktif itu sangat penting dalam suatu hubungan. Karena mengharapkan tidak ada konflik dalam hubungan merupakan suatu kenaifan. Jika anda mengalami kebingungan dalam menganalisis konflik yang selama ini anda alami maka tak perlu ragu hubungi kelasnikah.com untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. 

Konsultasi Pernikahan : Cara Memperbaiki Hubungan Setelah Pertengkaran

Konsultasi Pernikahan : Cara Memperbaiki Hubungan Setelah Pertengkaran

Pertengkaran merupakan sesuatu yang tak bisa terelakan di hampir setiap hubungan. Karena pertengkaran cenderung memiliki konotasi yang negatif, maka tak heran banyak pasangan yang lebih memilih menghindarinya. Tapi tahukah anda bahwa tak semua pertengkaran itu selalu berakhir buruk? 

Bila dipahami lebih lanjut, konflik sebenarnya dapat memunculkan suatu percakapan yang konstruktif dan menimbulkan keterhubungan yang lebih dalam satu sama lain. Konflik bisa saja berubah menjadi sesuatu yang beracun atau merusak bila tidak segera diselesaikan dengan kepala dingin. Tentu saja hal ini berkaitan dengan sudut pandang dan bagaimana dalam memaknai dalam suatu kondisi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa konflik justru bisa menjadikan pasangan memiliki koneksi lebih dalam bila diselesaikan dengan ketrampilan komunikasi yang baik. Terkadang konflik menjadi besar hanya karena salah penyampaian atau intonasi yang tidak sesuai, seperti saling mengumpat satu sama lain, menggunakan kata-kata kasar namun lupa dengan fokus permasalahan yang harus diselesaikan. 

Jika anda baru saja mengalami pertengkaran hebat dengan pasangan dan ingin bisa segera menyelesaikan perselisihan yang ada, maka berikut ini terdapat beberapa cara untuk memperbaiki hubungan setelah pertengkarang, yaitu sebagai berikut:

Jangan Membuat Panas Suasana

Selepas mengalami pertengkaran, mungkin saja muncul suatu kekhawatiran berkaitan dengan  hubungan apakah memang bisa dijalani untuk jangka waktu lebih panjang atau tidak. Jika memang anda berniat untuk memperbaiki hubungan maka berhentilah untuk bertanya-tanya apakah anda pantas dalam hubungan ini atau tidak. Semakin anda bertanya, justru akan membuat anda semakin ragu dan kehilangan fokus sehingga mengalami kekaburan terhadap komitmen yang selama ini telah dibangun. Sadarilah bahwa setiap pasangan itu ada kalanya mengalami pertengkaran, jika anda terlalu mengkhawatirkan soal tersebut bisa jadi anda akan menarik diri secara emosional dan tentu saja hal tersebut akan semakin memperburuk suasana. Salah satu cara merubah perspektif terhadap suatu perselisihan ialah dengan melihat ada pertanda baik yang artinya anda dan pasangan masih cukup peduli untuk saling memahami dan berupaya membuat perubahan dalam hubungan anda. Ketika pasangan benar-benar dalam kesulitan, seperti di ambang perceraian, maka pertengkaran sering terhenti dan memilih untuk menyerah. 

Ambil Waktu Jeda

Setelah pertengkaran terjadi baiknya ambil jeda waktu beberapa saat terlebih dahulu. Bila diibaratkan mesin kendaraan yang sedang over heat maka jangan berusaha untuk langsung diperbaiki karena hanya akan merugikan diri sendiri. Dalam kondisi setelah pertengkaran tentu saja tidak ada satupun dari anda yang dapat berpikir jernih, sehingga hal yang terbaik ialah tunggu sampai diri anda tenang dan bisa berpikir jernih kembali. Bagaimana anda tahu apakah anda sudah cukup tenang atau belum? Salah satu cirinya ialah ketika anda sudah mulai bisa melihat persoalan dari perspektif yang berbeda atau dari sudut pandang pasangan. 

Tidak Melemahkan Pasangan

Perlu diingat bahwa salah satu penyebab pertengkaran ialah bukan karena orang ingin didengar dan dimengerti, namun karena merasa dilemahkan oleh pasangannya. Salah satu cara yang mudah dan cepat untuk menurunkan tensi emosi pasca perkelahian ialah dengan mengatur nafas panjang dan lepaskan secara perlahan. Mengatur nafas dan merasakannya secara sadar dalam membantu anda dalam mengembalikan energi yang telah terkuras selama pertengkaran. Sesaat energi itu mengisi kembali diri anda, maka gunakan energi tersebut untuk memahami perasaan, harapan, keinginan, serta perspektif pasangan anda. Sulit? Tentu. Efektif? Pasti. Hal ini tidak berarti anda harus langsung menyetujui apa yang pasangan sampaikan dengan kondisi anda mengalah, namun ketika anda mendengarkan dengan maksud memahaminya maka secara tidak langsung akan membuat suasana menjadi tenang. Sehingga bisa dengan mudah dalam membangun kembali kepercayaan, empati dan kasih sayang.

Jangan Gengsi Untuk Meminta Maaf

 Banyak dari pertengkaran tidak kunjung terselesaikan dikarenakan satu sama lain tidak ada yang mau mengalah dan saling gengsi untuk meminta maaf. Dominansi emosi negatif yang muncul selama pertengkaran berdampak pada mematikan bagian otak anda yang bijaksana. Mereka yang merasa benar terkadang akan memberikan hukuman berupa pasif agresif pada pasangan. Tentu bukan dengan membanting barang atau umpatan-umpatan, namun dengan saling diam tanpa ada penyelesaian masalah berikutnya. Jika anda memang masih memiliki intensi baik untuk membangun kembali hubungan setelah pertengkaran, maka tak ada salahnya untuk meminta maaf. Permintaan maaf tidak selalu muncul dari sisi yang bersalah, namun dengan meminta maaf atas sikap yang kasar selama pertengkaran pun juga bisa mencairkan ego yang membatu. 

Gunakan kesempatan ini untuk saling belajar dan bertumbuh bersama. 

Suatu pertengkaran bisa saja menjadi sangat produktif dan membantu pasangan untuk membicarakan hal-hal penting yang selama ini tidak pernah dibicarakan, mempelajari hal-hal baru tentang satu sama lain dan menemukan solusi baru untuk masalah lama. Hubungan yang sehat tak segan untuk saling membicarakan hal-hal yang mengganggu dalam hubungan. Tentu saja dalam hubungan yang sehat maka tak segan untuk menemukan solusi yang baik untuk satu sama lain. 

Maka sekali tak perlu risau jika anda baru saja mengalami pertengkaran hebat dengan pasangan. Gunakan beberapa tips yang telah diulas di atas yang sesuai dengan kondisi anda. Jika anda mengalami kesulitan dalam mengatasinya maka jangan ragu untuk sharing dengan konselor kami di kelasnikah.com

 

Kelas Pernikahan : Merekonstruksi Kembali Komitmen dalam Hubungan

Kelas Pernikahan : Merekonstruksi Kembali Komitmen dalam Hubungan

Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata “komitmen” ? Sebagian besar mengatakan bahwa komitmen adalah bentuk dari kewajiban yang sifatnya mengekang. Misalnya ketika sudah berkomitmen untuk menghadiri suatu acara sosial yang sebenarnya pada saat itu jika boleh memilih maka lebih memilih untuk menonton film kesukaan di biaoskop. Secara tidak langsung komitmen terkadang dilakukan dengan ketidakrelaan hati walaupun akhirnya dilakukan juga. Lalu bagaimana dengan komitmen dalam hubungan? Apakah hal demikian juga berlaku? 

Sadar tidak sadar, saat ini kita berada di dalam budaya saat komitmen tidak selalu dihargai atau bernilai. Misalnya dalam suatu hubungan ketika pasangan tidak lagi memberikan anda suatu kebahagiaan yang dulu dijanjikan maka secara tidak langsung berpikir untuk mencari pengganti atau orang yang lain yang bisa membawa kebahagiaan tersebut. Dan sebaliknya, kadang kita pula menerima anggapan bahwa ada rumput lebih hijau disisi lainnya dan kita tak seharusnya membuang waktu untuk tidak merasa bahagia. Jadi sebenarnya apa yang dimaksud komitmen untuk bahagia itu?  

Komitmen itu adalah pilihan, bukan perasaan 

Komitmen lebih mudah hadir di awal hubungan ketika semua terasa baru, menyenangkan, mudah dijalani dan membahagiakan. Akan tetapi, komitmen itu akan jauh lebih sulit muncul ketika di hubungan yang mononton, penuh dengan tekanan, atau pada kondisi yang tidak diharapkan ada sebelumnya. Jadi apa yang mesti dilakukan ketika kebahagiaan dalam hubungan yang baru dijalani berangsur pudar ? Mungkin saja akan muncul suatu pertanyaan pada diri sendiri “Apakah aku tidak kompetibel dalam hubungan ini?”

Komitmen adalah kunci utama dalam hubungan jangka panjang. Sebab komiten adalah sebuah pilihan yang mana keputusan tersebut diambil secara sadar untuk memilih pasangan yang mungkin akan mengecewakan anda suatu saat nanti ketika api cinta di awal mulai meredup. Komitmen adalah pilihan untuk mencintai pasangan terlepas dari kebiasaannya yang menjengkelkan, kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan kesalahan yang tentu tidak anda senangi. Tentu saja untuk menjaga komitmen untuk terus kuat seiring berjalannya hubungan tidak semudah memutuskannya di awal. Dan tentu saja anda perlu menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang bisa memperkuat maupu memperlemah komitmen yang selama ini anda jalani dengan pasangan, yaitu sebagai berikut: 

Kepercayaan 

Kepercayaan merupakan fondasi yang diperlukan dalam membangun suatu komitmen. Dengan kepercayaan maka anda akan merasa aman secara fisik maupun secara emosional dalam relasi yang dijalani. Dengan kepercayaan pula muncul kesetiaan, rasa persahabatan, rasa saling menghormati dan saling menerima satu sama lain. Sehingga sangat memungkinkan dalam memunculkan rasa ragu atau tidak langsung percaya begitu saja ketika suatu saat pasangan melakukan suatu tindakan yang berpotensi mengecewakan anda. 

Memaafkan 

Memaafkan mungkin akan terasa sulit ketika anda merasa apa yang anda butuhkan dan yang diinginkan tidak terpenuhi oleh pasangan sehingga dengan mudah memunculkan rasa dendam. Tentu saja jembatan komunikasi untuk menyampaikan kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi tersebut dengan pasangan sangatlah perlu, karena komunikasi merupakan salah satu upaya untuk memperjelas suatu persoalan agar tidak muncul rasa dendam dan sakit hati. Tentu dalam prosesnya akan timbul suatu percikan-percikan amarah yang mungkin saja berpotensi konflik, namun hal tersebut kembali pada tujuan awal komunikasi yaitu ingin mencari jalan keluar bersama atau fokus pada ego masing-masing yang hanya ingin menang sendiri. Sayangnya banyak pasangan yang memilih untuk memendam apa yang dirasakan sehingga menumpuk menjadi suatu dendam dan rasa sakit hati yang sangat mendalam. Maka, ketika anda dan pasangan benar-benar memilih untuk saling berkomitmen maka secara sadar perlu menyadari bahwa komitmen itu berkaitan dengan mau untuk melepaskan rasa sakit hari tanpa terus mengungkin kesalahan satu sama lain di kemudian hari. 

Saling Membersamai 

Banyak pasangan ketika sedang pada kondisi yang berkonflik maka mereka akan cenderung memilih untuk menghindari dengan dalih menenangkan diri. Kondisi tersebut secara kasat mata baik karena menghindari pertengkaran semakin menjadi, namun sebaliknya hal ini terasa kurang bijak. Hal tersebut karena anda maupun pasangan tidak secara rela terbuka secara hati atas kondisi satu sama lain. Menerima pasangan sama seperti halnya anda membersamai pasangan apapun kondisinya. Salah satu ciri membersamai pada pasangan ialah dengan menjadi ‘hadir’ dan menghargai setiap momen kecil yang anda lakukan dengan pasangan. Misalnya seperti, ketika anda dan pasangan hanya duduk di teras sambil minum segelah teh hangat sambil menikmati rintik hujan yang turun. Mungkin momen itu terlihat tidak penting, namun ketika dihayati dan dimaknai secara mendalam maka momen-momen kecil tersebut justru bisa menjadi penguat hubugan anda dan pasangan. Tentu saja hal ini berdampak dalam membangun kepercayaan yang sangat penting dalam suatu komitmen. 

Dalam relasi yang sehat, komitmen adalah suatu pilihan yang sangat diperlukan. Setiap hubungan pasti akan mengalami pasang dan surut, tentu saja hal tersebut sangat alami. Namun dalam kondisi-kondisi tersebutlah yang menjadikan komitmen menjadi terus kuat ketika anda sadar untuk bertahan dan memaknai setiap prosesnya. Memilih untuk terus berkomitmen ketika kondisi hubungan pasang surut memungkinkan anda dan pasangan memiliki kualitas hubungan jangka panjang yang baik. Jika dalam proses membangun komitmen dalam hubungan anda menemui suatu kendala dan membutuhkan sudut pandang profesional dalam hal hubungan maka silahkan hubungi Telp/SMS/WA : 0813 9380 0550 untuk informasi lebih lanjut.